BILA ILMU TIDAK MEMBUATMU TAWADHU’ by Ust. Aldhi Ferdian

Kajian Khusus Dhuha @ A. Yani Mlg.
Jl. Kahuripan No. 12, Malang.
By. Ust. Aldhi Ferdian.
(Pembina Muslim Biker Indonesia Kota Tangerang).
Sabtu, 14 Mei 2022.

Ilmu itu seharusnya akan membawa seseorang kepada sifat tawadhu’.

Sifat TAWADHU’ itu harus diberikan kepada Allah & Rasulullah dahulu, baru tawadhu’ diberikan kepada manusia.

Yaitu dengan kalimat SAMI’NA WA ATHO’NA.
Yang artinya “kami mendengar dan kami taat”.

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah ayat.
Allah berfirman :
“Kami tidak membeda – bedakan seorang pun dari Rasul – Rasul Nya”. Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat”.
(QS. Al- Baqarah : 285)

Dalam ayat lain nya.
Allah berfirman :
“Dia (Allah) berfirman : “Turunlah kamu berdua dari Surga bersama – sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”.
(QS. Ta – Ha : 123)

Orang yang paling BAHAGIA di dunia adalah :
“Hamba yang menerima segala ketetapan Allah kepada dirinya”.

Karena di dalam hidup di dunia ini, setiap manusia harus menerima 2 KETETAPAN Allah.
Berupa ketetapan yang BAIK dan ketetapan yang BURUK bagi dirinya.

Sebagaimana contoh saat seseorang yang sedang Allah beri ujian sakit kepada dirinya.

Maka seseorang yang berbahagia tsb akan tetap menerima ketetapan sakit dari Allah tsb.
Karena di dalam SAKIT itu juga ada KEUTAMAAN yang Allah berikan kepada dirinya berupa akan DIGUGURKAN segala dosa nya.

Inilah mengapa do’a saat menjenguk orang sakit adalah :

Laa ba’-sa thahuurun, Insyaa Allah

“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa – dosa, Insyaa Allah”.

Dalam sebuah riwayat

Khalifah Hisham bin Abdul Malik bertemu dengan seorang cucu dari sahabat Umar bin Khattab r.a, yaitu Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab di dalam Masjidil Haram.

Dimana Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab adalah pribadi yang kekurangan harta.

Saat bertemu tsb, Khalifah Hisham bin Abdul Malik menawarkan bantuan kepada Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab utk membantu kesulitan ekonomi beliau.

Lalu Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab berkata :
“Aku malu, kita di rumah Allah, dan anda ingin aku meminta kepada selain Allah untuk kebutuhanku ?”

Rasa malu pun sekatika muncul di wajah Khalifah Hisham bin Abdul Malik.

Maka ia meninggalkan Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab sendirian dan menyelesaikan Tawafnya, namun ia terus mengawasinya.

Ketika ia melihat Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab di luar Masjid Haram.

Lalu Khalifah Hisham bin Abdul Malik menyusulnya dan berkata :
“Anda telah menolak untuk memberi tahuku apa yang anda butuhkan di dalam Masjidil Haram, jadi katakan kepadaku sekarang karena anda berada di luar Masjid”.

Lalu Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab berkata :
“Wahai Hisham, aku bersumpah demi Allah, aku tidak meminta kebutuhan duniawi apapun dari Dia yang memiliki dunia, jadi bagaimana aku bisa memintanya kepada seseorang yang bahkan tidak memilikinya ?”.

Inilah sikap TAWADHU’ dari Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khattab.

Jika kita semua telah menyadari jika DUNIA ADALAH UJIAN.
“Maka bekal UTAMA yang harus dimiliki seseorang di dunia adalah ILMU”.

Dan ilmu yang UTAMA adalah ILMU AGAMA.

Dalam sebuah hadits.
Rasulullah bersabda :
“Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia”.
(HR. Muslim).

Kebenaran harus diterima dari SIAPA saja, namun kebenaran itu tidak dicari dari SIAPA saja

Dalam sebuah riwayat.

Sahabat Ibnu ‘Abbas r.a terkenal sebagai seorang sahabat yang memiliki keahlian sebagai seorang ahli tafsir di jaman sahabat.

Suatu ketika sahabat Ibnu ‘Abbas r.a pernah salah dalam menyampaikan tentang “halal nya RIBA FADHL”.

Namun beliau mengakui kekhilafan nya saat datang sahabat Abu Said al-Khudri r.a yang mengkoreksi kekhilafan sahabat Ibnu ‘Abbas r.a tentang pendapat tsb.

Dan sahabat Ibnu ‘Abbas r.a tidak merasa marah & tersinggung.

Bahkan sahabat Ibnu ‘Abbas r.a justru berterimakasih dan mendo’akan sahabat Abu Said al-Khudri r.a yang telah mengkoreksi kekhilafannya.

Inilah sikap TAWADHU’ dari sahabat Ibnu ‘Abbas r.a.

Dalam sebuah riwayat lain.

Sahabat Khuzaimah bin Tsabit r.a pernah menjadi saksi saat Rasulullah membeli seekor kuda dari seorang Arab Badui yang harga nya telah mereka sepakati.

Namun dalam perjalanan, kuda Arab Badui tsb ditawar orang lain dengan harga yang lebih tinggi.

Saat itu akhir nya sahabat Khuzaimah bin Tsabit r.a berkata :
“Saya menjadi saksi bahwa engkau telah menjual kuda tersebut kepada Rasulullah”.

Mendengar itu, Rasulullah heran.
Karena saat itu sahabat Khuzaimah bin Tsabit r.a tidak ada saat terjadi kesepakatan harga kuda antara Rasulullah dan Arab Badui tsb.

Karena Rasulullah kuatir jika sahabat Khuzaimah bin Tsabit r.a berbuat bohong.

Lalu sahabat Khuzaimah bin Tsabit r.a berkata kepada Rasulullah :
“Saya telah membenarkan dan meyakini tentang berita dari langit yang engkau sampaikan kepada kami, maka selayaknya saya juga mempercayai dan membenarkan apa yang engkau katakan”.

Rasulullah akhir nya tersenyum mendengar jawaban sahabat Khuzaimah bin Tsabit r.a tsb.

Lalu Rasulullah menetapkan bahwa :
“Kesaksian yang diberikan oleh sahabat Khuzaimah bin Tsabit r.a adalah setara dengan kesaksian 2 orang muslim yang benar”.

Juga dalam sebuah riwayat lain.

Sahabat Abu Hurairah r.a pernah mengatakan jika :
“Orang yang masuk waktu Subuh dalam keadaan junub, maka puasanya tidak sah”.

Kemudian ibunda ‘Aisyah r.ha mengatakan sebuah hadits.
“Rasulullah pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadhan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah, kemudian Rasulullah mandi dan tetap berpuasa”.
(HR. Muslim).

Inilah beberapa contoh sikap TAWADHU’ dari seseorang yang memiliki ILMU.
Yaitu :

  1. Menerima segala ketetapan yang telah Allah dan Rasulullah tetapkan kepada dirinya.
  2. JANGAN PERNAH meremehkan / merendahkan manusia.

Karena :
“Bisa jadi ia menyampaikan suatu kebenaran, meski bisa jadi ilmu & kedudukan nya dibawah kita”.

Dan juga JANGAN SEKALI – KALI kita memvonis pasti masuk Neraka kepada seseorang yang berbuat DZALIM & MAKSIAT sepanjang hidup nya.

Karena kita semua tidak tahu bagaimana AKHIR HIDUP nya kelak.

Bisa jadi ia akan bertaubat kepada Allah sebelum akhir hayatnya.
Sehingga akhir nya Allah AMPUNI segala DOSA nya.

Dalam sebuah riwayat

Sahabat Umar bin Khattab r.a bahkan pernah diremehkan kaum musyrik Quraisy, jika suatu hal yang mustahil bahwa sahabat Umar bin Khattab r.a akan MASUK ISLAM.

Karena sahabat Umar bin Khattab r.a memang awal nya dikenal sebagai sosok yang SANGAT MEMBENCI Islam.

Namun akhir nya sahabat Umar bin Khattab r.a justru menjadi sosok muslim taat yang berjuang dengan sepenuh hati utk membela Islam dan Rasulullah.

Dalam sebuah ayat.
Allah berfirman :
“Katakanlah, “Wahai hamba – hamba Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah MENGAMPUNI dosa – dosa SEMUA nya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang (53)”.

“Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu dan berserah dirilah kepada Nya sebelum datang ADZAB kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (54)”.
(QS. Az- Zumar : 53 – 54).

Maka tetap lah memiliki sikap TAWADHU’ dalam hidup di dunia ini, agar kita bisa menjadi hamba yang berbahagia yang sebenarnya.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *