Kajian Ba’da Maghrib @ Al A’raaf.
Jl. Danau Limboto Utara A4 – K, Sawojajar.
By. Ust. Muhammad Syukur.
Kamis, 17 Peb 2022.
KISAH ASHABUL UKHDUD.
Dalam sebuah hadits.
Dari sahabat Shuhaib r.a.
Rasulullah bersabda :
“Dahulu ada seorang raja dari golongan umat sebelum kalian, ia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir tersebut berada dalam usia senja, ia mengatakan kepada raja bahwa ia sudah tua dan ia meminta agar dikirimkan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya. Maka ada seorang anak yang diutus padanya. Tukang sihir tersebut lalu mengajarinya”.
“Di tengah perjalanan ingin belajar, anak ini bertemu seorang rahib (pendeta) dan ia pun duduk bersamanya dan menyimak nasehat si rahib. Ia pun begitu takjub pada nasehat-nasehat yang disampaikan si rahib. Ketika ia telah mendatangi tukang sihir untuk belajar, ia pun menemui si rahib dan duduk bersamanya. Ketika terlambatnya mendatangi tukang sihir, ia dipukul, maka ia pun mengadukannya pada rahib. Rahib pun berkata : “Jika engkau khawatir pada tukang sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau khawatir pada keluargamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku”.
“Pada suatu saat ketika di waktu ia dalam keadaan yang demikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang besar yang menghalangi orang banyak (di jalan yang dilalui mereka). Anak itu lalu berkata : “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah rahib itu”. Ia pun mengambil sebuah batu kemudian berkata : “Ya Allah, apabila perkara rahib itu lebih dicintai di sisi Mu daripada tukang sihir itu, maka bunuh lah binatang ini sehingga orang – orang banyak dapat berlalu”. Lalu ia melempar binatang tersebut dan terbunuh. Lalu orang – orang bisa lewat. Lalu ia mendatangi rahib dan mengabarkan hal tersebut. Rahib tersebut pun mengatakan : “Wahai anakku, saat ini engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya engkau akan mendapat cobaan, maka jika benar demikian, janganlah menyebut namaku”.
“Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit kulit. Ia pun dapat menyembuhkan orang – orang dari berbagai macam penyakit. Berita ini pun sampai di telinga sahabat dekat raja yang telah lama buta. Ia pun mendatangi pemuda tersebut dengan membawa banyak hadiah. Ia berkata pada pemuda tersebut : “Ini semua bisa jadi milikmu asalkan engkau menyembuhkanku”. Pemuda ini pun berkata : “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah. Jika engkau mau beriman pada Allah, aku akan berdo’a pada Nya supaya engkau bisa disembuhkan”. Ia pun beriman pada Allah, lantas Allah menyembuhkannya”.
“Sahabat raja tadi kemudian mendatangi raja dan ia duduk seperti biasanya. Raja pun bertanya padanya : “Siapa yang menyembuhkan penglihatanmu ?”. Ia pun menjawab : “Rabb ku”. Raja pun kaget : “Apa engkau punya Tuhan selain aku ?”. Sahabatnya pun berkata : “Rabbku dan Rabbmu itu sama yaitu Allah”. Raja tersebut pun menindaknya, ia terus menyiksanya sampai ditunjukkan anak yang tadi. (Ketika anak tersebut datang), raja lalu berkata padanya : “Wahai anakku, telah sampai padaku berita mengenai sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kulit, serta engkau dapat melakukan ini dan itu”. Pemuda tersebut pun menjawab : “Sesungguhnya aku tidaklah dapat menyembuhkan siapa pun. Yang menyembuhkan adalah Allah”. Mendengar hal itu, raja lalu menindaknya, ia terus menyiksanya, sampai ditunjukkan pada pendeta yang menjadi gurunya. (Ketika pendeta tersebut didatangkan), raja pun memerintahkan padanya : “Kembalilah pada ajaranmu”. Pendeta itu pun enggan. Lantas didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut. Setelah itu, sahabat dekat raja didatangkan pula, ia pun diperintahkan hal yang sama dengan pendeta : “Kembalilah pada ajaranmu”. Ia pun enggan. Lantas (terjadi hal yang sama), didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut”.
“Kemudian giliran pemuda tersebut yang didatangkan. Ia diperintahkan hal yang sama : “Kembalikan pada ajaranmu”. Ia pun enggan. Kemudian anak itu diserahkan kepada pasukan raja. Raja berkata : “Pergilah kalian bersama pemuda ini ke gunung ini dan itu. Lalu daki lah gunung tersebut bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya, lalu ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari gunung tersebut.” Lantas pasukan raja tersebut pergi bersama pemuda itu lalu mendaki gunung. Lalu pemuda ini berdo’a : “ Allahumma Ikfinihim bima syi’ta (ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak Mu)”. Gunung pun lantas berguncang dan semua pasukan raja akhirnya jatuh”.
“Lantas pemuda itu kembali berjalan menuju raja. Ketika sampai, raja berkata pada pemuda : “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi ?”. Pemuda tersebut menjawab : “Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka”. Lalu pemuda ini dibawa lagi bersama pasukan raja. Raja memerintahkan pada pasukannya : “Pergilah kalian bersama pemuda ini dalam sebuah sampan menuju tengah lautan. Jika ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.” Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu pemuda ini pun berdo’a : ” Allahumma Ikfinihim bima syi’ta (ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak Mu”. Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan raja tenggelam”.
“Pemuda tersebut kembali berjalan mendatangi raja. Ketika menemui raja, ia pun berkata pada pemuda : “Apa yang dilakukan teman – temanmu tadi ?”. Pemuda tersebut menjawab : “Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka”.
“Ia pun berkata pada raja : “Engkau tidak bisa membunuhku sampai engkau memenuhi syaratku”. Raja pun bertanya : “Apa syaratnya ?”. Pemuda tersebut berkata : “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu salibl ah aku di atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah : “ Bismillah robbil ghulam (dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini)”. Lalu panah lah aku karena jika melakukan seperti itu, engkau pasti akan membunuhku”. Lantas rakyat pun dikumpulkan di suatu bukit. Pemuda tersebut pun disalib di pelepah, lalu raja tersebut mengambil anak panah dari tempat panahnya kemudian diletakkan di busur. Setalah itu, ia mengucapkan : “ Bismillah robbil ghulam, (dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini)”.
“Lalu dilepas lah dan panah tersebut mengenai pelipisnya. Lalu pemuda tersebut memegang pelipisnya tempat anak panah tersebut menancap, lalu ia pun mati. Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata : “Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut”. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut”.
“Raja datang, lantas ada yang berkata : “Apa yang selama ini engkau khawatirkan ? Sepertinya yang engkau khawatirkan selama ini benar – benar telah terjadi. Manusia saat ini telah beriman pada Tuhan pemuda tersebut”. Lalu raja tadi memerintahkan untuk membuat parit di jalanan lalu dinyalakan api di dalamnya. Raja tersebut pun berkata : “Siapa yang tidak mau kembali pada ajarannya, maka lemparkanlah ia ke dalamnya”. Atau dikatakan : “Masuklah ke dalamnya”. Mereka pun melakukannya, sampai ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pun begitu tidak berani maju ketika akan masuk di dalamnya. Anaknya pun lantas berkata : “Wahai ibu, BERSABAR lah karena engkau di atas kebenaran”.
(HR. Muslim).
PELAJARAN dari HADITS ini, adalah :
- Inilah keutamaan TAUHID dari si anak.
Bahwa ia tidak bisa menyembuhkan siapapun, kecuali ATAS IJIN Allah. - Meminta kesembuhan atas penyakit hukum nya adalah DIBOLEHKAN.
Sebagaimana di dalam kisah hadits.
“Tentang 3 pemuda yang memiliki penyakit kulit (kusta), botak dan buta, lalu Allah utus malaikat utk mengujinya dengan memberikan kesembuhan ke 3 pemuda tsb, hingga akhirnya hanya 1 pemuda yang bersyukur atas kesembuhan nya, yaitu si buta”.
Juga disebutkan di dalam hadist lain.
“Tentang seorang wanita hitam ahli Surga, dimana ia memiliki penyakit epilepsi. Lalu wanita ini datang kepada Rasulullah utk memohon di do’a kan Rasulullah utk kesembuhan penyakit epilepsi nya”.
Lalu Rasulullah menyampaikan bahwa jika wanita hitam itu mau BERSABAR.
Maka balasan nya adalah SURGA.
Akhirnya wanita hitam tsb memilih utk bersabar atas ujian penyakit epilepsi nya utk berharap balasan Surga.
MAKSUD nya adalah :
Wanita ini RIDHA dan ia menyerahkan sepenuhnya kondisi sakit epilepsi nya kepada Allah, apabila memang Allah beri kesembuhan, maka wanita ini akan BERSYUKUR, namun apabila Allah tidak beri kesembuhan, maka wanita ini akan BERSABAR.
BERSYUKUR adalah :
“Semakin bertaqwa kepada Allah atas nikmat Allah yang ia dapatkan”.
Dan memang sudah karakter dasar manusia, bahwa SANGAT SEDIKIT manusia yang BERSYUKUR.
Sebagaimana ayat.
Allah berfirman :
“Dan sedikit sekali dari hamba – hamba Ku yang bersyukur”.
(QS. Saba’ : 13).
Dalam sebuah riwayat
Imam Ahmad Rahimahullah pernah dipuji atas keshalihan nya.
Namun Imam Ahmad Rahimahullah justru takut dan berdo’a semoga pujian ini bukan lah istidraj.
Wallahu a’lam