Bismillahirrohmanirrohim…
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu
Antusiasme Jama’ah Masjid Cahyaningati mendengarkan kajian yang disampaikan oleh Ustadz Faris Khoirul Anam, Lc. M.H.I Pengasuh Pondok Pesantren Darul Faqih Malang dengan tema “Etika mencari Ilmu dan Mengajarkannya serta waktu efektif manusia”.
Hendaknya Orang yang mecari ilmu memiliki tujuan untuk menghiasi hatinya dengan sesuatu yang bisa membuat dia sampai kepada Allah ta’ala dan sampai pada posisi dimana dia mendapat ridho dari Allah ta’ala bersama dengan Orang-orang yang dekat kepda Allah ta’ala. Mencari ilmu itu tidak boleh berniat untuk mencari kedudukan dan harta serta jabatan, Hal itu disampaikan oleh Ustadz Faris Khoirul Anam, LC., M.H.I, berdasarkan kitab Ihya’ Ulumiddin (Tugas mencari ilmu yang ke-7).
Beliau menyampaikan bahwa tugas Muallim atau Pengajar harus mengikuti ajaran dari Rasulullah SAW. berdasarkan sabda-NYA “Hendaknya Seseorang itu tidak mencari upah ketika mengajar” serta pesan dari Raden KH. As’ad Syamsul Arifin, yakni “menjadi guru diniati untuk menyebarkan ilmu, ketika mendapatkan upah dari mengajar maka diniati untuk menafkahi kelurga”
Tidak hanya untuk pengajar, profesi atau pekerjaan apapun seperti contoh dokter, tukang pijat dan lain-lain diniati untuk membatu orang lain, kalaupun memndapatkan upah diniati untuk menafkahi keluarga.
Lalu kemudian Ustadz Faris juga menyampaikan bahwa waktu efektif Manusia dibagi menjadi tiga, yaitu :
- Sa’atul Munajah (Waktu berdoa)
- Sa’atul Ma’isyah (Waktu bekerja)
- Sa’atul Muahasabah (waktu introspeksi diri)
Beliau mengatakan, diantara tiga waktu tersebut, yang paling banyak dilupakan manusia adalah waktu untuk introspeksi diri atau muhasabah. Padatnya waktu bekerja dengan intensitas dan mobilitas yang tinggi membuat manusia lupa. Atau sengaja melupakan waktu untuk bermuhasabah.
Karena kelalaiannya itu, akan tiba pada waktunya nanti manusia akan terkejut. Bahwa mereka sudah sampai pada waktu untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya. “Di saat itulah kita akan dihadapkan dengan persidangan yang berat. Mungkin kita tidak siap, sebab belum sempat untuk menghitung-hitung diri (introspeksi) semasa hidup,” katanya.
Dosen Universitas Negeri Malang (UM) ini menjelaskan, arti muhasabah. Ada dua pengertian dari dua kitab yang berbeda tentang muhasabah.
Pertama, kemampuan diri untuk membedakan antara sesuatu yang menjadi haknya dan menunaikan yang menjadi kewajibannya. Karena kesadaran akan dirinya sebagai musafir dalam sebuah perjalanan yang tidak akan pernah kembali.”Kalimat ini menjadi motivasi yang luar biasa untuk kita selalu bermuhasabah,” ujarnya.
Arti yang kedua, muhasabah adalah seseorang memastikan dalam semua kondisi sebelum melakukan dan meninggalkan sebuah perkara. Artinya mempertimbangkan dan memikirkan baik-baik sebelum bertindak.
Bukan sembarangan berbuat tanpa menimbang dampak positif dan negatifnya. Manusia menjadi saksi untuk dirinya sendiri. Mengerti kekurangan dan kelemahan dirinya. Bukan sibuk memikirkan kesalahan dan kekurangan orang lain. “Muhasabah itu untuk diri sendiri. Bukan orang lain. Kalau sibuk dengan kekurangan orang lain maka akan lupa diri,” kata dia.
Dosen yang juga menjadi pemateri kajian rutin di Masjid Cahyaningati ini melanjutkan pengertian dua waktu efektif lain dari manusia. Yakni waktu berdoa dan waktu bekerja. Alasan manusia perlu berdoa. Ia mengutip ayat Alquran, yang berbunyi ‘Manusia diciptakan dalam keadaan lemah’. Karena sifat lemahnya itu, kata dia, manusia butuh Allah. Ciri yang paling tampak adalah dengan cara berdoa. Serta berserah diri dengan iman dan takwa. Karena ciri kesombongan, adalah saat tahu kondisi diri lemah tapi tidak mau berdoa.
“Masing-masing makhluk bernyawa punya ajal. Dunia hanya untuk tempat sementara. Kita butuh Allah, maka gunakan waktu untuk berdoa,” imbuhnya. Dan yang terakhir, waktu untuk bekerja. Maka bekerja yang baik adalah mencari rezeki yang halal. Kemudian berbagi sebagian rezeki yang diperoleh untuk orang lain.
Kualitas kerja tergantung pada niat yang dibangun sejak awal. Niat baik adalah bekerja untuk kebaikan orang lain. Apapun profesinya. Dalam arti tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
“Jadilah manusia yang terbaik. Yang yang paling bermanfaat bagi manusia. Niatkan bekerja untuk membantu orang lain. Maka kita akan dibantu oleh Allah,” tandasnya.
Semoga kita semua termasuk orang yang ikhlas dalam mencari dan mengajarkan ilmu, serta termasuk orang yang pintar dalam membagi waktu sehingga hidup kita didunia efektif dan di ridhoi oleh Allah ta’ala, Amin ya Robbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu
Alhamdulillah
Bagus materinya keren penyajian ya. Barokah manfaat utk umat
Barakallah
MaasyaAllah, mantab dan menginspirasi Jama’ah
Semoga kita termasuk org yg istiqomah dlm mencari dan mengajarkan ilmu serta termasuk org yg pintar dlm membagi waktu sehingga hidup kita didunia efektif dan dirahmati serta diridho’i Allah ta’alla Aamiin Ya robbal Aalamiin