Kajian Ba’da Maghrib @ Al Mukminun.
Jl. Mahakam No. 29, Malang.
By. Ust. Zahid Hadromi.
Rabu, 20 Okt 2021.
Kajian Kitab “Kitabul Jami’ “.
Karya Al Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani.
(Lanjutan Kajian).
Hadits ke 40.
KEUTAMAAN DIAM.
Dalam sebuah hadits.
Dari sahabat Anas bin Malik r.a.
Rasulullah bersabda :
“Diam itu hikmah, namun jarang sekali orang yang dapat melakukannya”.
(HR. Al- Baihaqi dalam kitab Syu’abul- Iman, hadits dhaif).
Hadits ini adalah termasuk pada golongan hadist Mauquf.
Hadits MAUQUF adalah :
Hadits yang derajat sanad nya berhenti hanya sampai kepada sahabat.
Hadits MARFU’ adalah :
Hadits yang derajat sanad nya sampai kepada Rasulullah.
Hikmah itu bijaksana.
Hikmah adalah :
“Berlaku tepat dalam perbuatan, tepat dalam ucapan dan tepat di dalam setiap keadaan”.
Ringkas nya :
“Ia paham kapan saat nya harus berbicara dan kapan saat nya harus diam”.
Dan kalimat dalam hadits ini berasal dari perkataan seseorang yang bernama Lukmanul Hakim.
Dimana Lukmanul Hakim adalah seorang budak Habasyah, yang telah Allah beri hikmah, hingga nama nya dijadikan nama salah 1 surah dalam Al Qur’an.
Sebagaimana ayat.
Allah berfirman :
“Dan sungguh, telah Kami berikan HIKMAH kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah”.
(QS. Luqman :12).
ASBABUL WURUD dari hadits ini adalah :
Suatu ketika Lukmanul Hakim sedang melihat Nabi Daud a.s yang sedang membuat sesuatu dari besi.
(Karena salah 1 mukjizat Nabi Daud a.s adalah mampu melunakkan besi hanya dengan tangannya, tanpa harus menempanya dengan api).
Melihat perbuatan Nabi Daud a.s, Lukmanul Hakim sangat takjub dan membuatnya sangat ingin bertanya kepada Nabi Daud a.s tentang apa yang sedang beliau kerjakan.
Namun Lukmanul Hakim memilih untuk DIAM.
Sampai akhirnya setelah Nabi Daud a.s selesai, lalu Nabi Daud a.s menjelaskan bahwa ini adalah baju perang terbaik yang dibuat oleh Nabi Daud a.s.
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan diam, dan diam itu menjadi salah 1 sebab yang mendatangkan hikmah.
Ulama SALAF berkata :
“Belajarlah utk DIAM, sebagaimana dulu engkau belajar BERJALAN saat masih kecil”.
Ulama SALAF berkata :
- Orang BERIMAN itu LISAN nya dikendalikan oleh HATI nya.
Sehingga ia selalu berpikir dulu setiap ingin berbicara. - Sedang orang MUNAFIQ itu LISAN nya mendahului HATI nya.
Sehingga ia selalu berbicara, tanpa dipikirkan.
Menjaga lisan adalah pokok KEBAIKAN .
Sebagaimana hadits.
Dari sahabat Mu’adz bin Jabal r.a.
Rasulullah bersabda :
“Maukah Engkau aku kabarkan sesuatu yang menjadi kunci kebaikan itu semua ?”
Sahabat Mu’adz menjawab :
“Ya, Rasulullah”.
Lalu Rasulullah memegang lisannya, dan bersabda :
“Tahanlah lidah mu ini”.
Sahabat Mu’adz bertanya :
“Wahai Rasulullah, apakah sungguh kita akan di adzab disebabkan oleh perkataan yang kita ucapkan ?”
Rasulullah menjawab :
“Tidaklah manusia itu disungkurkan ke dalam Neraka di atas muka atau hidung mereka, melainkan karena hasil ucapan lisan mereka”.
(HR. At- Tirmidzi, di shahih kan Syaikh Al Albani).
Menjaga lisan adalah sumber KESELAMATAN.
Sebagaimana hadits.
Dari sahabat ‘Uqbah bin Amir r.a.
Beliau bertanya kepada Rasulullah :
“Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu ?”.
Rasulullah menjawab :
“Jagalah lisanmu, hendaklah tinggal di rumahmu, dan menangis lah karena dosa- dosa mu”.
(HR. At- Tirmidzi).
Menjaga lisan juga akan mendapat jaminan Surga Nya kelak.
Sebagaimana hadits.
Dari sahabat Sahl bin Sa’ad r.a
Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa yang dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggot nya (yaitu mulut) dan di antara kedua kakinya (yaitu kemaluan), maka aku akan menjamin baginya Surga”.
(HR. Bukhari).
Ada 3 PAKET DOSA yang sering dilakukan karena LISAN, yaitu :
- Ghibah (menggunjing).
- Dusta.
- Namimah (adu domba)
Karena 3 hal dosa ini akan saling berkaitan.
Hal paling buruk dari sebuah perbuatan DUSTA adalah :
“Saat ia berdusta namun sebenarnya orang sudah mengetahui tentang kebohongan nya”.
Dan DUSTA adalah perbuatan yang sangat buruk.
Karena perbuatan ini yang bisa merusak hubungan antar manusia.
Berkata Imam Bukhari Rahimahullah :
“Seandainya dusta itu halal, aku tetap tidak akan melakukan nya”.
Wallahu a’lam.